Investasi kini semakin populer di kalangan masyarakat. Kalau dulu orang lebih banyak mengandalkan deposito atau tabungan, sekarang semakin banyak yang melirik instrumen seperti saham, reksa dana, hingga obligasi. Nah, di antara berbagai instrumen itu, obligasi sering disebut sebagai pilihan yang relatif aman tapi tetap memberi imbal hasil menarik.
Namun, banyak orang masih bingung bagaimana sebenarnya cara membeli obligasi. Apakah harus lewat bank, aplikasi, atau langsung ke pemerintah? Apakah butuh modal besar? Pertanyaan-pertanyaan ini wajar muncul, terutama buat kamu yang baru mulai terjun ke dunia investasi.
Supaya lebih jelas, mari kita kupas tuntas cara membeli obligasi dari awal sampai akhir, lengkap dengan tips dan pertimbangannya.
Sebelum membeli, kamu perlu tahu dulu apa yang kamu beli. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak tertentu—bisa pemerintah maupun perusahaan. Saat kamu membeli obligasi, artinya kamu meminjamkan uang ke pihak penerbit, dan mereka akan membayar bunga (disebut kupon) secara berkala plus mengembalikan pokok utang saat jatuh tempo.
Ada dua kategori besar: obligasi pemerintah yang relatif lebih aman, dan obligasi korporasi yang menawarkan kupon lebih tinggi tapi risikonya juga lebih besar. Dengan memahami ini, kamu bisa menentukan jenis obligasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Cara membeli obligasi yang tepat bergantung pada tujuanmu. Apakah kamu ingin arus kas rutin tiap bulan dari kupon? Atau ingin menyimpan dana aman untuk jangka panjang?
Kalau tujuannya untuk pendapatan rutin, kamu bisa memilih obligasi dengan tenor menengah dan kupon tetap. Kalau lebih fokus pada keamanan, obligasi pemerintah bisa jadi pilihan. Menentukan tujuan sejak awal akan membuat langkah berikutnya lebih terarah.
Di Indonesia, ada beberapa jenis obligasi yang bisa kamu beli sebagai investor ritel:
Sementara itu, obligasi korporasi biasanya hanya bisa dibeli lewat bank atau sekuritas tertentu, dan sering membutuhkan modal lebih besar. Dengan mengetahui jenis-jenis ini, kamu bisa menyesuaikan pilihan dengan kebutuhan finansialmu.
Obligasi pemerintah ritel seperti ORI, SBR, SR, dan ST hanya ditawarkan pada periode tertentu setiap tahunnya. Pemerintah biasanya sudah mengumumkan jadwal penawaran melalui Kementerian Keuangan.
Untuk tidak ketinggalan, kamu bisa memantau website resmi Kemenkeu, bank mitra distribusi, atau aplikasi fintech yang bekerja sama. Jika kamu ingin membeli obligasi korporasi, jadwal penawarannya biasanya diumumkan lewat sekuritas atau bank penerbit.
Cara membeli obligasi paling praktis sekarang adalah lewat mitra distribusi resmi yang ditunjuk pemerintah. Ini bisa berupa bank, perusahaan sekuritas, maupun aplikasi fintech investasi.
Prosesnya biasanya seperti ini:
Untuk obligasi korporasi, prosesnya mirip tapi biasanya melalui bank atau sekuritas yang menjadi penjamin emisi.
Hasil kupon obligasi dikenakan pajak final sebesar 10%. Artinya, kalau kamu mendapat kupon Rp100 ribu, maka yang masuk ke rekeningmu Rp90 ribu. Meski begitu, imbal hasil obligasi tetap lebih tinggi daripada deposito dengan risiko relatif terukur.
Selain pajak, cek juga apakah ada biaya lain seperti biaya administrasi atau biaya transaksi. Biasanya untuk obligasi pemerintah ritel tidak ada biaya tambahan selain pajak kupon.
Setelah membeli obligasi, kamu punya dua pilihan: menyimpannya hingga jatuh tempo atau menjualnya di pasar sekunder (kalau jenis obligasinya memungkinkan).
Kalau disimpan sampai jatuh tempo, kamu akan menerima kupon rutin dan pokok utang kembali penuh. Kalau dijual di pasar sekunder, kamu bisa mendapat capital gain jika harga obligasi naik. Namun, ingat bahwa harga obligasi bisa naik turun tergantung kondisi pasar dan suku bunga.
Dengan bekal pemahaman ini, kamu bisa lebih percaya diri dalam memutuskan cara membeli obligasi yang tepat sesuai kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Obligasi adalah instrumen investasi yang cukup ramah untuk pemula karena jelas, transparan, dan relatif aman. Cocok untuk kamu yang ingin pendapatan rutin, diversifikasi portofolio, atau sekadar mencari alternatif lebih menarik dibanding deposito.
Namun, obligasi tetap punya keterbatasan. Misalnya, ada masa jatuh tempo yang mengikat atau harga yang fluktuatif di pasar sekunder. Karena itu, jangan lupa untuk menyeimbangkan dengan instrumen lain yang lebih fleksibel.
Kalau setelah memahami cara membeli obligasi kamu masih merasa butuh instrumen yang lebih praktis dan fleksibel, ada pilihan menarik: FINETIKS VIP Save.
Produk hasil kerja sama FINETIKS dengan Bank Victoria ini menawarkan bunga hingga 6,25% per tahun, jauh lebih tinggi dibanding tabungan biasa. Tidak ada biaya admin, tersedia gratis 20 kali transfer per bulan, dan yang paling menarik: dana bebas tidak dikunci, jadi kamu bisa mencairkan kapan saja tanpa penalti.
Sebagai tambahan perlindungan, VIP Save juga memberikan asuransi jiwa hingga Rp5 miliar. Dengan fitur ini, kamu bisa mendapatkan kombinasi antara keuntungan, fleksibilitas, dan rasa aman.
Yuk, download aplikasi FINETIKS sekarang dan mulai nikmati kemudahan VIP Save. Dengan cara ini, kamu bisa terus mengembangkan keuangan tanpa ribet, sambil tetap belajar dan mencoba instrumen investasi lain seperti obligasi.