Kamu mungkin sering dengar berita tentang “suku bunga acuan turun” atau “bank sentral naikin suku bunga” di televisi, media online, atau notifikasi aplikasi keuangan. Tapi, jujur aja, seberapa sering kamu benar-benar memikirkan dampaknya ke hidup kamu?
Padahal, suku bunga adalah salah satu instrumen paling berpengaruh di ekonomi modern. Perubahan kecil aja, misalnya dari 6% jadi 5,75%, bisa bikin miliaran uang bergerak: cicilan rumah berubah, harga saham naik, nilai rupiah goyah, sampai gaya hidup masyarakat ikut menyesuaikan.
Nah, dalam artikel ini, kita akan kupas tuntas manfaat dan resiko suku bunga rendah. Kita nggak akan bahas dengan bahasa ribet ala dosen ekonomi, tapi dengan gaya obrolan santai biar kamu bisa langsung ngerti relevansinya buat keuangan pribadi.
Sebelum terlalu jauh, kita perlu satu pemahaman dulu.
Suku bunga adalah harga uang. Kalau kamu pinjam uang dari bank, kamu harus bayar bunga. Kalau kamu taruh uang di tabungan, kamu dapat bunga. Suku bunga ditentukan oleh pasar dan, yang paling berpengaruh, oleh bank sentral (misalnya Bank Indonesia).
Ketika bank sentral menurunkan suku bunga acuan, biasanya suku bunga pinjaman dan tabungan di bank juga ikut turun. Nah, kondisi inilah yang kita sebut suku bunga rendah.
Kenapa bank sentral suka nurunin bunga? Biasanya karena ekonomi sedang melambat. Dengan bunga yang murah, orang diharapkan lebih semangat untuk belanja, investasi, dan memutar uang.
Sekarang kita masuk ke sisi positif dulu. Kenapa suku bunga rendah sering disebut “obat pereda nyeri” buat ekonomi?
Suku bunga rendah bikin kredit lebih murah. Contohnya, cicilan KPR bisa turun ratusan ribu per bulan. Efeknya? Orang lebih berani mengambil pinjaman untuk beli rumah, mobil, gadget, atau kebutuhan lain. Konsumsi naik, perputaran uang di masyarakat jadi lebih cepat.
Perusahaan yang mau ekspansi juga diuntungkan. Dengan bunga rendah, biaya pinjam modal untuk bikin pabrik baru, beli mesin, atau bayar tenaga kerja jadi lebih kecil. Ini mendorong pertumbuhan bisnis dan penciptaan lapangan kerja.
Buat individu, bunga rendah bikin cicilan pinjaman (KPR, kredit mobil, pinjaman usaha) jadi lebih ringan. Buat negara, bunga rendah juga meringankan beban pembayaran utang dalam negeri. Dengan begitu, ada lebih banyak ruang fiskal untuk program pembangunan.
Saat bunga tabungan dan deposito kecil, investor biasanya mencari alternatif lain: saham, obligasi, reksa dana. Inilah kenapa pasar modal sering melesat saat suku bunga rendah. Buat kamu yang punya jiwa investor, ini bisa jadi peluang emas.
Bunga rendah sering jadi senjata darurat saat ekonomi global lagi terpuruk. Contoh paling nyata: saat pandemi COVID-19, hampir semua bank sentral memangkas suku bunga demi menjaga konsumsi dan investasi supaya ekonomi nggak ambruk total.
Nah, meskipun terlihat manis, suku bunga rendah itu seperti pedang bermata dua. Ada juga konsekuensi negatifnya.
Kalau terlalu banyak uang beredar karena orang belanja besar-besaran, sementara barang dan jasa terbatas, harga bisa melonjak. Inilah inflasi. Kalau inflasi lebih tinggi daripada bunga tabungan, nilai uangmu sebenarnya menyusut.
Buat kamu yang hobi nabung di bank, bunga rendah bisa bikin frustrasi. Bayangin deposito cuma kasih 3-4% per tahun, sementara inflasi bisa 5%. Artinya, daya beli uangmu malah turun, bukan bertambah.
Karena tabungan kurang menarik, orang lari ke investasi lain. Harga saham bisa melesat tinggi, properti melonjak, bahkan aset spekulatif kayak kripto bisa booming. Tapi hati-hati, kalau harga terlalu jauh dari nilai sebenarnya, bubble bisa pecah kapan saja.
Bank hidup dari selisih bunga pinjaman dan tabungan. Kalau bunga terlalu rendah, margin keuntungan mereka menyusut. Dalam jangka panjang, ini bisa bikin bank jadi lebih agresif mengambil risiko, yang justru berbahaya bagi stabilitas sistem keuangan.
Bunga rendah bikin orang dan perusahaan lebih berani berhutang. Masalahnya, kalau nanti bunga naik lagi, cicilan bisa melonjak. Risiko gagal bayar pun meningkat, baik di level individu maupun perusahaan.
Supaya lebih relatable, yuk lihat contoh nyata.
Contoh ini nunjukkin bahwa manfaat dan resiko suku bunga rendah selalu bergantung pada konteks ekonomi masing-masing negara.
Sekarang kita balik ke level personal. Apa yang harus kamu lakukan kalau suku bunga lagi rendah?
Dari pembahasan panjang ini, jelas bahwa suku bunga rendah itu ibarat pisau dapur. Bisa sangat bermanfaat kalau digunakan dengan tepat, dorong konsumsi, investasi, dan pemulihan ekonomi. Tapi juga bisa melukai kalau dipakai berlebihan, memicu inflasi, bubble, dan utang yang tidak terkendali.
Buat kamu, kuncinya adalah melek finansial. Jangan cuma ikut arus. Sadarilah bahwa di balik bunga rendah, ada peluang dan risiko yang bisa langsung berpengaruh ke dompetmu.
Kalau kamu khawatir tabungan biasa nggak lagi menguntungkan di era bunga rendah, kamu perlu solusi yang lebih pintar.
Lewat FINETIKS VIP Save, hasil kerja sama dengan Bank Victoria, kamu bisa nikmati bunga tabungan hingga 6,25% per tahun. Bayangkan, uangmu bisa tumbuh lebih cepat.
Bukan cuma itu, kamu juga dapat:
Dengan semua benefit ini, kamu bisa tetap merasa aman seperti nabung biasa, tapi dengan keuntungan selayaknya investasi ringan.
Jadi, jangan biarkan uangmu tergerus inflasi hanya karena suku bunga rendah. Download aplikasi FINETIKS sekarang, dan nikmati cara baru menabung yang lebih cerdas, aman, dan menguntungkan.