
Beberapa tahun terakhir, kerja freelance makin digandrungi. Baik oleh perusahaan yang butuh tenaga fleksibel, maupun oleh individu yang ingin punya kebebasan waktu dan tempat kerja. Tapi, satu hal yang sering bikin bingung adalah cara hitung gaji karyawan freelance.
Sebagai pemilik bisnis atau HR, kamu pasti ingin memberikan bayaran yang adil tanpa merugikan keuangan perusahaan. Di sisi lain, freelancer juga perlu tahu cara menilai jasanya agar nggak dibayar terlalu rendah. Nah, artikel ini akan mengupas tuntas cara menghitung gaji freelancer dari berbagai sistem kerja yang umum digunakan.
Sebelum menghitung gaji, kamu perlu tahu dulu bahwa freelancer bukan pegawai tetap. Mereka tidak menerima tunjangan seperti BPJS, THR, atau cuti berbayar. Karena itu, struktur penggajiannya tentu berbeda dengan karyawan full-time.
Biasanya, freelancer dibayar berdasarkan:
Dengan memahami hal ini, kamu bisa menentukan metode pembayaran yang paling cocok sesuai kebutuhan proyek dan anggaran.
Ada beberapa model pembayaran yang umum dipakai dalam kerja freelance. Berikut penjelasannya:
Model ini cocok kalau kamu ingin mengukur produktivitas berdasarkan waktu.
Rumus sederhananya: Gaji = Jumlah jam kerja x Tarif per jam
Contoh: Jika freelancer bekerja 20 jam dalam seminggu dengan tarif Rp100.000 per jam, maka total gaji mingguannya adalah Rp2.000.000.
Model ini fleksibel, tapi perlu alat pelacak waktu (seperti Clockify atau Toggl) agar hasilnya objektif.
Metode ini cocok untuk pekerjaan dengan output yang jelas, misalnya desain logo, pembuatan website, atau copywriting. Biasanya, tarif ditentukan sejak awal berdasarkan tingkat kesulitan, durasi pengerjaan, dan nilai hasil akhirnya.
Contoh: Desain website Rp5 juta per proyek, dengan waktu pengerjaan 3 minggu. Jika freelancer menyelesaikan 2 proyek per bulan, maka total gaji bulanannya Rp10 juta.
Model ini sering dipakai untuk posisi seperti sales, content creator, atau marketing freelance. Kamu bisa menetapkan gaji dasar (retainer) ditambah bonus dari hasil yang dicapai.
Contoh: Gaji dasar Rp2 juta + komisi 10% dari total penjualan. Jika penjualan bulan itu mencapai Rp50 juta, maka total gaji = Rp2 juta + Rp5 juta = Rp7 juta.
Agar gaji freelancer tetap kompetitif dan adil, kamu bisa menggunakan pendekatan sederhana berikut:
Tarif per jam = (Gaji bulanan setara / Jumlah jam kerja per bulan)
Misalnya, kamu ingin freelancer digaji setara Rp6 juta per bulan dengan estimasi kerja 120 jam per bulan (sekitar 30 jam per minggu). Maka:
Tarif per jam = Rp6.000.000 / 120 jam = Rp50.000 per jam.
Dengan cara ini, kamu bisa memastikan bahwa freelancer dibayar proporsional dengan beban kerja dan waktu yang dihabiskan.
Hal penting yang sering diabaikan adalah pajak penghasilan (PPh 21/23) dan biaya administrasi platform jika kamu menggunakan marketplace freelance.
Sebagai pemberi kerja, kamu bisa:
Pastikan kesepakatan ini tertulis di kontrak agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di kemudian hari. Selain itu, jangan lupa menghitung biaya transfer lintas bank, kurs valuta asing (jika freelancer luar negeri), dan potensi revisi pekerjaan.
Walaupun freelance terdengar fleksibel, kamu tetap butuh kontrak kerja yang jelas.
Kontrak ini sebaiknya memuat:
Dengan adanya kontrak, kedua pihak punya perlindungan hukum yang sama dan terhindar dari kesalahpahaman soal nominal gaji maupun tenggat waktu.
Setelah nominal disepakati, pastikan pembayaran dilakukan melalui sistem yang aman dan transparan. Hindari pengiriman uang tanpa bukti transaksi.
Kalau kamu sering melakukan pembayaran ke banyak freelancer, pertimbangkan untuk menggunakan aplikasi keuangan yang bisa:
Cara ini bikin urusan pembayaran jauh lebih cepat dan efisien tanpa ribet cek manual satu per satu.
Meskipun freelancer bukan karyawan tetap, bukan berarti kinerjanya tidak perlu dievaluasi. Kamu bisa melakukan evaluasi bulanan atau per proyek untuk menilai:
Jika performanya bagus, kamu bisa menaikkan tarif, memperpanjang kontrak, atau memberikan bonus tambahan. Pendekatan seperti ini bukan cuma adil, tapi juga bisa meningkatkan loyalitas freelancer terhadap proyekmu.
Dengan menghindari tiga hal ini, kamu bisa memastikan sistem pembayaran freelance tetap profesional dan adil.
Mengelola pembayaran untuk freelancer memang butuh ketelitian. Tapi, bukan cuma itu, kamu juga perlu mengatur keuangan bisnis dan pribadi dengan bijak. Salah satu cara terbaik adalah dengan memilih produk finansial yang bisa bantu uangmu tumbuh lebih cepat, tanpa ribet biaya tambahan.
Nah, di sinilah FINETIKS VIP Save hadir sebagai solusi. Tabungan hasil kolaborasi FINETIKS dan Bank Victoria ini menawarkan bunga hingga 6,25% per tahun, tanpa biaya admin, plus kuota gratis transfer 20 kali per bulan. Dana kamu juga nggak dikunci, jadi tetap fleksibel kapan pun dibutuhkan. Menariknya lagi, kamu juga otomatis mendapatkan perlindungan asuransi jiwa hingga Rp5 miliar!
Jadi, kalau kamu ingin mengelola keuangan lebih efisien sambil menikmati keuntungan ekstra, download aplikasi FINETIKS sekarang dan rasakan sendiri bedanya menabung cerdas di era digital