Kalau kamu mulai sering mendengar istilah obligasi saat ngobrol soal investasi, itu bukan kebetulan. Dunia keuangan memang makin ramai membicarakan instrumen ini. Tapi, mungkin kamu masih bingung: sebenarnya apa itu obligasi? Apakah sama dengan deposito atau saham? Atau malah lebih mirip pinjaman?
Nah, di artikel ini kita akan bongkar tuntas tentang obligasi. Mulai dari pengertian dasar, sejarah, cara kerja, keuntungan, risiko, sampai tips memilih obligasi yang tepat. Tujuannya supaya kamu bisa menilai sendiri apakah obligasi cocok buatmu atau tidak.
Secara sederhana, obligasi adalah surat utang. Saat kamu membeli obligasi, berarti kamu sedang meminjamkan uang kepada penerbit obligasi, bisa pemerintah maupun perusahaan. Sebagai gantinya, penerbit berjanji akan membayar bunga (disebut kupon) secara berkala, plus mengembalikan pokok pinjaman di akhir periode.
Bayangkan kamu seperti seorang “bank mini.” Penerbit butuh dana, kamu kasih pinjaman, dan sebagai imbalannya kamu dapat bunga tetap. Jadi berbeda dengan saham yang kepemilikannya fluktuatif, obligasi lebih mirip kontrak hutang dengan kepastian bunga.
Obligasi bukan barang baru. Instrumen ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Di Eropa abad pertengahan, raja-raja sering menerbitkan obligasi untuk membiayai perang atau pembangunan. Investor kaya kala itu membeli obligasi karena dianggap lebih aman dibanding ikut dagang langsung.
Di Indonesia, obligasi mulai dikenal sejak era kolonial Belanda. Namun popularitasnya meningkat setelah pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan kemudian Obligasi Ritel Indonesia (ORI) di awal 2000-an. Tujuannya jelas: menyediakan instrumen investasi aman sekaligus mendukung pembiayaan pembangunan.
Jadi, saat kamu membeli obligasi pemerintah, sebenarnya kamu sedang melanjutkan tradisi panjang investasi global yang sudah terbukti relevan selama berabad-abad.
Ada dua kelompok besar yang biasanya menerbitkan obligasi:
Keduanya sama-sama legal, tapi tingkat risikonya berbeda. Obligasi pemerintah biasanya dianggap lebih aman, sementara obligasi perusahaan bisa memberikan bunga lebih tinggi, tetapi risikonya juga lebih besar.
Supaya lebih jelas, mari lihat alurnya:
Jadi selain mendapat bunga rutin, kamu juga dijamin dapat kembali modal di akhir periode. Ini yang membuat banyak orang menganggap obligasi lebih “tenang” dibanding saham.
Ternyata obligasi tidak hanya satu macam. Berikut beberapa jenis yang sering ditemui:
Setiap jenis punya karakteristik dan tingkat risiko yang berbeda. Kamu perlu menyesuaikan pilihan dengan profil risikomu.
Mengapa banyak orang melirik obligasi? Berikut beberapa alasannya:
Meski terlihat aman, bukan berarti obligasi tanpa risiko. Ada beberapa hal yang perlu kamu waspadai:
Jadi, jangan hanya melihat imbal hasilnya, tapi pertimbangkan juga potensi kerugiannya.
Biar makin jelas, mari kita bandingkan obligasi dengan beberapa instrumen populer lain:
Dengan perbandingan ini, kamu bisa melihat posisi obligasi sebagai instrumen “tengah” antara aman tapi kurang untung (deposito) dan berisiko tapi bisa cuan besar (saham).
Bayangkan kamu membeli ORI senilai Rp20 juta dengan kupon 6% per tahun. Setiap tahun, kamu akan menerima Rp1,2 juta dibagi ke pembayaran tiap 6 bulan, jadi Rp600 ribu setiap kali.
Setelah 3 tahun, selain menerima total bunga Rp3,6 juta, kamu juga akan menerima kembali pokok Rp20 juta. Jadi total dana yang masuk ke rekeningmu adalah Rp23,6 juta.
Cukup menarik kan? Stabil, rutin, dan jelas hasilnya.
Sebelum kamu buru-buru beli obligasi, ada baiknya perhatikan beberapa hal:
Dengan begitu, keputusanmu lebih matang dan minim penyesalan.
Kalau kamu mencari instrumen investasi yang lebih stabil dibanding saham, tapi memberi imbal hasil lebih tinggi dari deposito, obligasi bisa jadi pilihan menarik. Cocok terutama untuk investor konservatif atau mereka yang ingin kepastian arus kas.
Tapi ingat, tidak ada investasi yang benar-benar tanpa risiko. Jadi, penting untuk terus belajar dan menimbang portofolio secara keseluruhan.
Meski obligasi terlihat menarik, ada kalanya kamu butuh produk keuangan yang lebih fleksibel. Misalnya, kamu ingin bunga tinggi seperti obligasi, tapi dana bisa ditarik kapan saja tanpa harus menunggu jatuh tempo.
Nah, di sinilah FINETIKS VIP Save hadir sebagai solusi. Produk kerjasama dengan Bank Victoria ini memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada tabungan biasa, hingga 6,25% per tahun. Bedanya dengan obligasi, uangmu di sini tidak dikunci sehingga bisa diakses kapan saja.
Selain itu, ada berbagai keunggulan lain:
Dengan segala fitur tersebut, kamu bisa menikmati hasil tinggi ala investasi, tapi tetap fleksibel seperti tabungan. Cocok banget buat kamu yang ingin cerdas mengatur uang tanpa ribet.
Jadi, setelah paham apa itu obligasi dan bagaimana cara kerjanya, sekarang saatnya kamu mencoba produk keuangan yang praktis tapi tetap menguntungkan. Yuk, langsung download aplikasi FINETIKS dan mulai rasakan sendiri keuntungan VIP Save.