Kualifikasi Piala Dunia adalah proses penyisihan antar negara anggota FIFA yang menentukan siapa saja yang berhak tampil di turnamen sepak bola paling bergengsi di dunia: FIFA World Cup.
Dengan lebih dari 200 anggota FIFA dan hanya 48 slot (per edisi 2026), kualifikasi ini menjadi ajang yang sangat kompetitif, dibagi dalam 6 zona konfederasi:
Zona Asia (AFC)
Highlight Indonesia:
Zona Eropa (UEFA)
Zona Amerika Selatan (CONMEBOL)
Zona Amerika Utara & Tengah (CONCACAF)
Zona Afrika (CAF)
Zona Oseania (OFC)
Kalau kamu kira Piala Dunia cuma soal kebanggaan dan bendera nasional, coba pikir lagi. Di balik gemerlap turnamen empat tahunan ini, ada arus uang raksasa yang mengalir ke negara-negara peserta. Lolos ke Piala Dunia bukan cuma soal masuk headline berita, tapi juga soal mengamankan pemasukan hingga ratusan miliar rupiah, bahkan sebelum pertandingan pertama dimulai.
Dari mana uangnya? Jawabannya adalah FIFA, badan sepak bola dunia yang mengelola distribusi pendapatan turnamen. Dana tersebut bersumber dari sponsor global (seperti Coca-Cola, Adidas, Visa), hak siar internasional yang nilainya triliunan, hingga pendapatan penjualan tiket dan merchandise.
Berikut estimasi alokasi dana untuk peserta Piala Dunia, berdasarkan data resmi dari edisi 2022:
Tapi Tunggu Dulu, Itu Baru Dari FIFA! Selain dana resmi dari FIFA, negara peserta juga berpotensi mendapat banyak pemasukan dari sumber lain:
Biasanya, perusahaan-perusahaan nasional akan berlomba menjadi sponsor resmi timnas ketika lolos ke Piala Dunia. Bayangkan berapa besar nilai kontrak eksklusif untuk apparel, makanan, minuman, hingga layanan digital yang ingin menempel di jersey resmi timnas.
Di kasus seperti Jepang dan Korea Selatan, sponsor domestik menyumbang hampir setengah dari total pendanaan timnas untuk tampil di Piala Dunia.
Banyak negara memberikan insentif uang tunai kepada pemain dan pelatih sebagai bentuk apresiasi. Misalnya:
Indonesia pun punya potensi menerapkan sistem insentif seperti ini di masa depan, apalagi jika suatu saat berhasil tembus Piala Dunia.
Ketika timnas lolos ke Piala Dunia, stasiun televisi dan platform streaming berebut hak siar. Nilainya? Sangat besar. Di Indonesia sendiri, nilai hak siar Piala Dunia bisa mencapai puluhan miliar rupiah. Jika Timnas Indonesia ikut tampil, harga ini bisa melonjak drastis karena antusiasme penonton lokal pasti meningkat.
Belum lagi pendapatan dari media sosial, YouTube, hingga endorsement individu para pemain yang bisa ikut naik berkat eksposur global.
Lolos ke Piala Dunia juga berdampak pada sektor lain, termasuk:
Contoh nyatanya bisa dilihat dari Qatar dan Rusia. Setelah menjadi tuan rumah Piala Dunia, mereka mengalami lonjakan investasi luar negeri dan kunjungan wisata.
Lolosnya Timnas Indonesia ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia bukan sekadar torehan prestasi di atas kertas, ini adalah tonggak sejarah baru bagi sepak bola nasional. Untuk pertama kalinya sejak mengikuti kualifikasi modern, Indonesia berhasil menembus fase lanjutan yang biasanya hanya dihuni oleh negara-negara elite Asia.
Lebih dari itu, keberhasilan ini membawa dampak signifikan di berbagai aspek:
Di tengah dinamika politik dan ekonomi yang kadang fluktuatif, keberhasilan timnas jadi semacam oase penyemangat. Warga Indonesia di berbagai daerah merayakan kemenangan ini dengan antusias, menunjukkan bahwa sepak bola masih punya kekuatan besar sebagai pemersatu bangsa. Spirit nasionalisme pun kembali menyala, terutama di kalangan generasi muda.
Ketika tampil apik di laga internasional, para pemain tak hanya mencuri perhatian publik, tapi juga pemandu bakat dan klub-klub luar negeri. Nama-nama seperti Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dan Pratama Arhan kini tak lagi asing di mata pengamat sepak bola Asia. Nilai kontrak mereka pun berpotensi meningkat, membuka jalan ke liga-liga dengan level yang lebih tinggi, yang pada akhirnya juga meningkatkan daya saing timnas secara keseluruhan.
Keberhasilan ini menarik minat sponsor untuk berinvestasi lebih dalam ke sepak bola Indonesia. Bukan hal aneh jika perusahaan besar mulai melirik timnas dan federasi sebagai mitra branding mereka. Bahkan, dukungan dari pemerintah dan BUMN biasanya juga menguat setelah ada pencapaian nyata di level internasional.
Babak ketiga berarti lebih banyak pertandingan kompetitif dengan lawan-lawan berkualitas tinggi seperti Korea Selatan atau Jepang. Ini bukan hanya ujian, tapi juga kesempatan emas untuk mengevaluasi level permainan kita. Federasi (PSSI) kini punya alasan kuat untuk mengalokasikan dana dan program pembinaan usia dini yang lebih terstruktur, termasuk akademi, kompetisi lokal, dan pengembangan pelatih.
Yang membuat pencapaian ini semakin spesial adalah munculnya generasi pemain muda berbakat yang membawa warna baru ke timnas. Marselino Ferdinan, dengan kreativitasnya di lini tengah, menjadi motor serangan. Rafael Struick, yang bermain di luar negeri, membawa kecepatan dan visi yang matang. Sementara Pratama Arhan terus konsisten sebagai bek sayap andalan dengan lemparan jauh khasnya yang jadi senjata rahasia.
Mereka bukan hanya simbol regenerasi, tapi juga bukti bahwa pembinaan pemain muda mulai menunjukkan hasil konkret. Jika dikelola dengan baik, babak ketiga ini bisa menjadi jembatan menuju mimpi yang lebih besar: Indonesia tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Perjalanan menuju Piala Dunia penuh strategi dan pengelolaan jangka panjang. Ini bisa kamu tiru dalam mengatur keuangan pribadi. Berikut pelajaran pentingnya:
Seperti timnas punya target lolos, kamu pun butuh target keuangan:
Tim nasional melakukan review setiap laga. Kamu juga bisa evaluasi:
Pelatih ubah formasi saat taktik gagal. Kamu juga harus siap ganti metode budgeting:
Mau kelola keuangan seperti pelatih timnas? FINETIKS hadir jadi "asisten pelatih" finansialmu. Fitur Utama FINETIKS:
Bayangkan kamu jadi pelatih tim keuangan pribadi: menyusun strategi, menilai performa, dan mengambil keputusan berbasis data. Semua bisa dilakukan dari satu aplikasi. Yuk, download aplikasi FINETIKS sekarang!