Kalau kamu baru terjun ke dunia investasi, mungkin sering mendengar istilah obligasi, saham, dan pasar uang. Banyak orang mengira semua instrumen ini sama saja, sama-sama “investasi” yang bisa kasih cuan. Padahal, bedanya obligasi, saham, dan pasar uang cukup signifikan, baik dari sisi risiko, return, maupun tujuan keuangan yang bisa dicapai.
Nah, sebelum asal pilih, penting banget buat kamu memahami perbedaannya. Dengan begitu, kamu bisa tentukan mana yang cocok dengan profil risiko, target keuangan, dan gaya hidupmu. Yuk, kita kupas tuntas satu per satu!
Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Kalau kamu punya saham sebuah perusahaan, artinya kamu jadi bagian pemilik perusahaan tersebut, meski porsinya mungkin kecil.
Keuntungan dari saham biasanya datang dari dua sumber:
Tapi jangan salah, saham juga penuh risiko. Harga saham bisa naik-turun cepat, tergantung kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, bahkan sentimen pasar. Jadi, saham biasanya cocok buat kamu yang siap dengan risiko fluktuasi tinggi demi potensi return besar.
Kalau saham bikin kamu jadi pemilik perusahaan, obligasi bikin kamu jadi pemberi pinjaman. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Saat kamu membeli obligasi, artinya kamu meminjamkan uang ke penerbit obligasi, dan sebagai gantinya kamu akan menerima bunga (kupon) secara rutin serta pengembalian pokok saat jatuh tempo.
Keunggulan obligasi antara lain:
Namun, bukan berarti tanpa risiko. Ada risiko gagal bayar (default), terutama kalau kamu membeli obligasi dari perusahaan yang kondisinya tidak sehat. Tapi kalau beli obligasi pemerintah (seperti SBN), risikonya relatif rendah karena dijamin negara.
Pasar uang berbeda dari saham maupun obligasi. Instrumen pasar uang biasanya berupa deposito, sertifikat Bank Indonesia (SBI), atau reksa dana pasar uang. Intinya, instrumen ini punya jangka waktu pendek (kurang dari 1 tahun) dengan risiko paling rendah.
Pasar uang cocok banget buat kamu yang:
Tapi perlu dicatat, return pasar uang relatif kecil jika dibandingkan obligasi atau saham.
Nah, sekarang mari kita fokus ke poin utama: bedanya obligasi, saham, dan pasar uang.
Dengan memahami ini, kamu bisa sesuaikan instrumen mana yang relevan dengan tujuan keuanganmu.
Ingat, nggak ada satu instrumen yang paling baik untuk semua orang. Semuanya tergantung kebutuhan, tujuan, dan kepribadian finansialmu.
Biar lebih aman, kamu nggak harus pilih salah satu saja. Banyak investor cerdas justru menggabungkan saham, obligasi, dan pasar uang dalam portofolionya. Strategi ini dikenal dengan istilah diversifikasi.
Dengan diversifikasi, kalau salah satu instrumen turun, ada instrumen lain yang bisa menopang. Misalnya, ketika pasar saham lagi lesu, obligasi atau pasar uang bisa jadi penyeimbang.
Jadi, jangan taruh semua telur di satu keranjang.
Sebelum kamu melangkah lebih jauh, ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan pemula:
Dengan memahami bedanya obligasi, saham, dan pasar uang, kamu bisa menghindari kesalahan ini.
Setelah baca panjang lebar soal bedanya obligasi, saham, dan pasar uang, mungkin kamu bertanya: ada nggak produk keuangan yang simple, aman, tapi tetap kasih keuntungan lebih tinggi dari tabungan biasa?
Jawabannya ada: FINETIKS VIP Save kerjasama dengan Bank Victoria. Produk ini bukan obligasi, saham, atau pasar uang, tapi tabungan premium dengan keuntungan super kompetitif:
Cocok banget buat kamu yang mau instrumen aman, fleksibel, tapi tetap kasih imbal hasil tinggi.
Jadi, kalau kamu mau mulai mengatur keuangan dengan cara cerdas, download aplikasi FINETIKS sekarang juga. Siapkan masa depanmu dengan cara yang lebih simple, aman, dan menguntungkan.