Ngopi sudah jadi bagian dari rutinitas harian banyak orang. Dari mahasiswa, pekerja kantoran, sampai ibu rumah tangga, kopi seakan nggak bisa dipisahkan dari aktivitas harian. Tapi, kamu mungkin juga merasa: kok harga kopi makin lama makin mahal, ya?
Nggak cuma di coffee shop, harga biji kopi di pasar hingga produk kopi kemasan juga naik terus. Nah, pertanyaannya: kenapa harga kopi bisa naik setiap tahun? Apakah ini cuma karena gaya hidup atau ada faktor yang lebih kompleks?
Jawabannya ternyata nggak sesederhana itu. Di balik secangkir kopi yang kamu nikmati, ada berbagai faktor ekonomi, alam, dan sosial yang memengaruhi harga kopi secara global maupun nasional. Yuk, kita bahas satu per satu dalam artikel ini!
Kopi, terutama jenis Arabika, sangat sensitif terhadap perubahan cuaca. Ia membutuhkan suhu yang stabil, curah hujan yang cukup, serta ketinggian tertentu untuk tumbuh optimal. Nah, perubahan iklim global membuat semua kondisi ini jadi tidak stabil.
Apa saja bentuk gangguan iklim yang memengaruhi tanaman kopi?
Di Brasil misalnya, negara penghasil kopi terbesar dunia, fenomena gelombang dingin pada 2021 menyebabkan jutaan pohon kopi rusak. Akibatnya, produksi kopi turun lebih dari 30%.
Dampaknya? Saat produksi berkurang, sementara permintaan tetap atau naik, harga kopi otomatis meroket. Fenomena ini tidak hanya sekali terjadi, tapi makin sering karena perubahan iklim makin sulit diprediksi.
Kalau kamu belum tahu, sebagian besar kopi yang kita minum berasal dari hanya segelintir negara: Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Ethiopia. Saat terjadi gangguan di salah satu negara ini, efeknya bisa terasa secara global.
Misalnya:
Karena pasokan kopi bergantung pada jalur global yang kompleks, setiap gangguan, baik cuaca, kebijakan, atau logistik, langsung berdampak ke harga. Jadi meskipun kamu beli kopi lokal di Jakarta, harga biji kopinya bisa dipengaruhi oleh kebijakan ekspor di Brasil atau badai tropis di Vietnam.
Harga kopi yang kamu bayar tidak cuma mencakup harga biji kopi. Ada banyak tahapan yang harus dilalui sebelum kopi itu sampai di tanganmu, dan salah satu yang paling signifikan adalah biaya transportasi dan logistik.
Berikut beberapa hal yang bikin biaya logistik meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir:
Meski banyak tantangan dari sisi produksi, permintaan terhadap kopi terus naik tiap tahunnya, baik dari negara maju maupun berkembang. Bahkan, konsumsi kopi global meningkat hampir 2,5% per tahun, menurut laporan Organisasi Kopi Internasional (ICO).
Ada beberapa faktor pendorong kenaikan ini:
Contohnya di Indonesia: generasi Z dan milenial makin akrab dengan cold brew, espresso, sampai kopi susu kekinian. Bahkan banyak dari mereka rutin beli kopi setiap hari.
Nah, ketika permintaan terus meningkat tapi pasokan terganggu atau terbatas (ingat poin 1-3 tadi), maka secara otomatis harga kopi akan naik. Prinsip ekonomi sederhana: ketika demand melebihi supply, harga akan terdongkrak.
Kopi adalah komoditas yang diperjualbelikan secara global dengan satuan mata uang dolar AS (USD). Jadi, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, otomatis harga impor kopi (dan produk turunannya) di Indonesia akan jadi lebih mahal.
Misalnya, kalau kurs rupiah melemah dari Rp14.000 menjadi Rp16.000 per dolar, maka kopi seharga $10 per kg akan naik dari Rp140.000 menjadi Rp160.000. Padahal harga dasarnya belum tentu berubah, tapi beban konsumen dalam negeri langsung terasa.
Fluktuasi ini juga dipengaruhi oleh:
Inilah sebabnya, meskipun kopi ditanam di dalam negeri, banyak pelaku industri masih sangat terpengaruh oleh perubahan nilai tukar, terutama bagi yang bergantung pada impor alat, pupuk, atau kopi specialty dari luar.
Satu lagi alasan mengapa harga kopi terus naik: kamu sebagai konsumen makin “cerdas” dan selektif. Banyak dari kita sekarang lebih memilih kopi berkualitas tinggi, kopi single origin, kopi organik, atau kopi hasil proses manual seperti cold brew atau pour over.
Fenomena ini disebut sebagai premiumisasi, di mana orang rela bayar lebih demi kualitas, cita rasa, dan pengalaman yang lebih baik.
Contohnya:
Nah, semua “nilai tambah” ini tentu berdampak pada harga akhir. Konsumen yang menginginkan kopi lebih eksklusif atau etikal cenderung mendorong pasar untuk menetapkan harga lebih tinggi. Dan karena tren ini meningkat secara global, harga kopi secara keseluruhan ikut terdorong naik.
Terakhir, kita harus memahami bahwa biaya produksi kopi juga terus naik. Petani kopi menghadapi berbagai tantangan:
Di banyak negara penghasil kopi, termasuk Indonesia, upah minimum terus meningkat tiap tahun. Ini tentu berdampak ke harga jual kopi mentah dari hulu. Ketika biaya tanam, panen, pengolahan, dan distribusi meningkat, produsen tidak punya pilihan selain menyesuaikan harga.
Selain itu, transisi ke pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan juga punya ongkos tersendiri. Meski bagus untuk jangka panjang, praktik ini butuh investasi besar, dan biaya tersebut pasti akan dimasukkan dalam harga jual kopi.
Setelah tahu berbagai alasan mengapa harga kopi terus naik setiap tahun, kamu bisa jadi lebih bijak dalam membelanjakan uangmu, terutama untuk lifestyle seperti ngopi. Bukan berarti harus berhenti minum kopi, tapi penting untuk tahu prioritas dan punya sistem keuangan yang sehat.
Nah, di sinilah kamu bisa manfaatkan FINETIKS, aplikasi pintar untuk mengelola keuangan harian kamu.
Jadi, daripada ngeluh harga kopi mahal, yuk mulai atur keuangan dengan cerdas bersama FINETIKS. Download aplikasi FINETIKS sekarang!