capex adalah

Capex Adalah: Ini Pengertian dan Contoh yang Harus Dipahami

Karin Hidayat
Karin Hidayat
September 10, 2025
Capex Adalah: Ini Pengertian dan Contoh yang Harus Dipahami

Kalau kamu sedang belajar tentang bisnis atau keuangan, pasti sering mendengar istilah capex. Tapi, sebenarnya capex adalah apa sih? Banyak orang sering salah kaprah, menganggap capex sama dengan biaya operasional biasa. Padahal, dua hal ini punya perbedaan besar yang bisa memengaruhi keputusan finansial, baik untuk perusahaan maupun pribadi.

Artikel ini akan membongkar pengertian capex, fungsi, contoh nyata, hingga strategi mengelolanya. Dan di akhir, aku akan kasih insight bagaimana prinsip capex bisa kamu terapkan dalam mengatur keuangan pribadi, termasuk lewat produk keuangan modern seperti FINETIKS VIP Save.

Capex Adalah: Pahami Definisi

Capex adalah singkatan dari capital expenditure atau dalam bahasa Indonesia disebut belanja modal. Secara sederhana, capex adalah pengeluaran perusahaan untuk membeli, membangun, atau memperbaiki aset jangka panjang yang bisa digunakan lebih dari satu tahun.

Contohnya: membeli gedung kantor, membangun pabrik baru, membeli mesin produksi, atau bahkan investasi di teknologi besar seperti server dan software sistem perusahaan. Semua itu masuk kategori capex karena manfaatnya tidak habis dalam satu periode, melainkan jangka panjang.

Perbedaan Capex dengan Opex

Sering muncul kebingungan antara capex dan opex. Opex (operational expenditure) adalah pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari. Misalnya, membayar listrik, gaji karyawan, biaya sewa, atau biaya pemasaran.

Bedanya dengan capex, opex sifatnya habis dalam periode singkat dan langsung dicatat sebagai biaya. Sementara capex dianggap sebagai investasi jangka panjang, sehingga biasanya dicatat sebagai aset dalam neraca, bukan langsung jadi beban dalam laporan laba rugi.

Pahami bedanya, karena salah mengelompokkan bisa bikin laporan keuangan jadi tidak akurat.

Fungsi Utama Capex dalam Bisnis

Kenapa perusahaan perlu capex? Jawabannya, karena capex adalah kunci pertumbuhan. Berikut beberapa fungsi utamanya:

  1. Meningkatkan kapasitas produksi. Dengan membeli mesin baru atau membangun pabrik, perusahaan bisa menghasilkan lebih banyak produk.
  2. Meningkatkan efisiensi. Teknologi baru sering kali bisa menggantikan proses lama yang boros waktu dan biaya.
  3. Menambah nilai aset perusahaan. Capex membuat perusahaan punya aset nyata yang nilainya bisa naik seiring waktu.
  4. Menjaga daya saing. Perusahaan yang tidak berinvestasi dalam capex bisa tertinggal dari pesaing yang lebih modern dan produktif.

Jenis-Jenis Capex

Tidak semua capex sama. Umumnya, capex terbagi menjadi dua kategori besar:

  1. Capex pemeliharaan (maintenance capex). Digunakan untuk menjaga aset tetap berfungsi dengan baik. Contohnya, mengganti komponen mesin lama atau renovasi gedung kantor.
  2. Capex ekspansi (expansion capex). Digunakan untuk menambah kapasitas atau memperbesar bisnis. Misalnya, membuka cabang baru atau membeli lahan tambahan untuk pabrik.

Kedua jenis ini sama-sama penting, karena perusahaan perlu menjaga aset lama tetap produktif, sekaligus mencari peluang pertumbuhan baru.

Contoh Nyata Capex di Berbagai Industri

Supaya lebih jelas, mari lihat contoh nyata capex di beberapa sektor:

  • Manufaktur: pembelian mesin produksi baru.
  • Perbankan: pembangunan kantor cabang atau sistem teknologi digital banking.
  • Retail: pembukaan toko baru di lokasi strategis.
  • Startup teknologi: investasi server, data center, atau lisensi software jangka panjang.

Dari contoh ini, bisa kamu lihat bahwa capex tidak terbatas pada industri besar saja, tapi berlaku di semua sektor bisnis.

Bagaimana Perusahaan Membiayai Capex?

Capex biasanya membutuhkan dana besar. Ada beberapa cara perusahaan membiayainya:

  1. Menggunakan kas internal. Jika perusahaan punya cadangan kas cukup besar, capex bisa dibiayai langsung.
  2. Menerbitkan obligasi atau pinjaman bank. Membiayai capex dengan utang sering dilakukan karena manfaat capex bisa dirasakan dalam jangka panjang.
  3. Menjual saham baru. Perusahaan publik bisa mengeluarkan saham tambahan untuk membiayai capex.

Strategi pembiayaan ini harus disesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan agar tidak menimbulkan risiko berlebihan.

Tantangan Mengelola Capex

Meskipun penting, capex juga membawa tantangan. Beberapa di antaranya:

  • Butuh dana besar. Tidak semua perusahaan punya cadangan kas cukup untuk membiayai capex.
  • Risiko salah investasi. Kalau capex tidak menghasilkan keuntungan sesuai proyeksi, bisa jadi beban jangka panjang.
  • Likuiditas berkurang. Dana yang dipakai untuk capex tidak bisa langsung diputar kembali karena bentuknya jadi aset tetap.

Karena itu, perencanaan capex harus matang, dengan analisis cost-benefit dan proyeksi finansial yang jelas.

Hubungan Capex dengan Profit dan Pertumbuhan

Capex yang tepat bisa mendorong profitabilitas perusahaan. Misalnya, mesin baru bisa meningkatkan produksi dengan biaya lebih rendah, sehingga margin keuntungan naik. Di sisi lain, ekspansi lewat capex bisa membuka pasar baru dan menambah pendapatan.

Namun, capex juga bisa menggerus profit dalam jangka pendek karena butuh dana besar. Karena itu, investor biasanya memperhatikan rasio capex terhadap pendapatan untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan.

Capex Pribadi: Belanja Modal untuk Diri Sendiri

Kalau dalam bisnis capex adalah belanja modal untuk aset jangka panjang, dalam hidup pribadi kamu juga sebenarnya melakukan hal serupa. Misalnya:

  • Membeli rumah untuk ditempati bertahun-tahun.
  • Membeli laptop baru untuk menunjang produktivitas kerja.
  • Mengikuti kursus atau pendidikan yang bisa meningkatkan skill jangka panjang.

Semua itu bisa disebut “capex pribadi” karena manfaatnya tidak habis dalam satu-dua bulan, melainkan memberi dampak jangka panjang.

Dengan pola pikir ini, kamu bisa lebih bijak membedakan antara pengeluaran konsumtif (habis begitu saja) dan pengeluaran investasi (punya manfaat jangka panjang).

Strategi Mengelola Capex dengan Bijak

Baik untuk perusahaan maupun pribadi, capex butuh strategi pengelolaan yang cerdas. Berikut beberapa prinsipnya:

  1. Analisis kebutuhan vs keinginan. Jangan asal investasi tanpa hitung dampak jangka panjang.
  2. Hitung ROI (return on investment). Apakah pengeluaran ini bisa memberi manfaat lebih besar dibanding biayanya?
  3. Rencanakan sumber dana. Pastikan kamu punya dana cadangan sebelum melakukan capex besar.
  4. Lakukan evaluasi berkala. Tinjau kembali apakah aset hasil capex masih produktif atau sudah usang.

Kalau perusahaan perlu strategi untuk capex, kamu sebagai individu juga perlu strategi keuangan yang tepat. Salah satunya dengan menyiapkan tabungan khusus untuk “belanja modal pribadi”.

Sayangnya, tabungan biasa di bank sering tidak memberi imbal hasil yang maksimal. Bunga rendah dan biaya admin justru bisa mengurangi nilai simpananmu.

Di sinilah FINETIKS VIP Save bisa jadi pilihan cerdas. Produk tabungan digital hasil kerja sama dengan Bank Victoria ini menawarkan keuntungan jauh di atas tabungan biasa:

  • Bunga hingga 6,25% per tahun.
  • Bebas biaya admin.
  • Kuota 20 kali transfer gratis per bulan.
  • Dana bebas ditarik kapan saja, tidak dikunci.
  • Perlindungan asuransi jiwa hingga Rp5 miliar.

Dengan manfaat seperti ini, kamu bisa mengalokasikan dana untuk capex pribadi, seperti membeli aset atau menyiapkan dana pendidikan, dengan lebih aman dan menguntungkan.

Kalau perusahaan saja butuh strategi capex untuk berkembang, kamu juga bisa mulai membangun masa depanmu dengan menabung lebih cerdas. Jadi, jangan tunggu lagi. Download aplikasi FINETIKS sekarang dan nikmati cara baru mengelola uangmu.

Artikel Terkini