penduduk miskin di Indonesia

Berapa Banyak Penduduk Miskin di Indonesia? Ini Jawabannya.

Karin Hidayat
Karin Hidayat
June 30, 2025
Berapa Banyak Penduduk Miskin di Indonesia? Ini Jawabannya.

Pernahkah kamu merenungkan mengapa isu kemiskinan seolah tak ada habisnya di negeri kita? Berita tentang "penduduk miskin di Indonesia" seringkali muncul di berbagai media. Sebenarnya, ada apa di balik angka-angka statistik itu? Mari kita bedah lebih dalam, tidak hanya untuk memahami, tapi juga mencari tahu apa yang bisa kita lakukan.

Potret Penduduk Miskin di Indonesia

Ketika kita berbicara tentang "penduduk miskin di Indonesia", bukan hanya deretan angka yang kita hadapi, melainkan jutaan wajah dengan kisah dan perjuangan masing-masing. Badan Pusat Statistik (BPS) secara berkala merilis data persentase penduduk miskin, dan meskipun ada fluktuasi, isu kesenjangan ini tetap menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua.

Bayangkan saja, Bank Dunia bahkan sempat menyebutkan bahwa dua dari tiga orang Indonesia berada dalam garis kemiskinan, dengan total mencapai 194,4 juta jiwa. Angka ini sangat besar, kan? Data terbaru lainnya juga menunjukkan bahwa sekitar 200 juta warga Indonesia masuk kategori miskin. Ini bukan sekadar data, ini adalah realitas yang perlu kita pahami dan hadapi bersama.

Kemiskinan tidak hanya berarti tidak punya uang. Ia berimbas pada banyak aspek kehidupan: akses pendidikan yang terbatas, fasilitas kesehatan yang minim, bahkan nutrisi yang kurang. Semua ini menciptakan siklus yang sulit diputus.

Mengapa Kemiskinan Terus Ada?

Memahami akar masalah adalah langkah pertama untuk menemukan solusi. Ada banyak faktor kompleks yang menyebabkan kemiskinan di Indonesia terus menjadi tantangan.

  1. Akses Pendidikan yang Tidak Merata: Pendidikan adalah kunci. Ketika akses pendidikan tidak merata, terutama di daerah terpencil atau bagi kelompok rentan, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan layak pun berkurang. Akibatnya, mereka terjebak dalam pekerjaan informal dengan pendapatan rendah.
  2. Keterbatasan Lapangan Kerja dan Kualitas Pekerjaan: Jumlah angkatan kerja yang besar tidak selalu diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Ditambah lagi, banyak pekerjaan yang ada bersifat informal, tanpa jaminan sosial, dan upah minimum yang seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.
  3. Kesenjangan Sosial Ekonomi yang Lebar: Jurang antara si kaya dan si miskin di Indonesia masih cukup lebar. Kekayaan dan kesempatan cenderung terkonsentrasi pada segelintir orang atau kelompok, sementara mayoritas harus berjuang keras.
  4. Dampak Bencana Alam dan Perubahan Iklim: Indonesia adalah negara yang rawan bencana alam. Banjir, gempa bumi, atau kekeringan bisa dengan cepat menghancurkan mata pencaharian dan aset masyarakat, menjerumuskan mereka ke dalam kemiskinan atau memperparah kondisi yang sudah ada.
  5. Akses Terbatas ke Pelayanan Kesehatan: Kesehatan yang buruk dapat mengurangi produktivitas dan meningkatkan pengeluaran. Bagi penduduk miskin, biaya pengobatan bisa menjadi beban yang sangat berat, bahkan bisa menyebabkan mereka terjerat utang.
  6. Krisis Ekonomi dan Inflasi: Fluktuasi ekonomi, seperti inflasi yang tinggi, dapat mengikis daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi membuat hidup semakin sulit.
  7. Kurangnya Literasi Keuangan: Banyak masyarakat yang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang pengelolaan keuangan, investasi, atau cara mengembangkan usaha. Ini membuat mereka rentan terhadap pinjaman ilegal atau skema investasi bodong yang justru memperparah kondisi finansial mereka.

Dampak Kemiskinan: Bukan Sekadar Angka Statistik

Dampak kemiskinan sangat luas dan mendalam, jauh melampaui statistik. Ini adalah tentang kualitas hidup, tentang mimpi yang terenggut, dan tentang potensi yang tidak tergali.

  • Kesehatan Buruk: Penduduk miskin cenderung memiliki akses terbatas ke makanan bergizi dan fasilitas kesehatan yang layak. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, stunting pada anak, dan angka harapan hidup yang lebih rendah.
  • Pendidikan Rendah: Banyak anak dari keluarga miskin terpaksa putus sekolah untuk membantu mencari nafkah. Ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan, karena pendidikan yang rendah membatasi peluang di masa depan.
  • Kriminalitas dan Gejolak Sosial: Tekanan ekonomi dapat memicu peningkatan angka kriminalitas. Kemiskinan juga bisa menjadi pemicu ketegangan sosial dan ketidakstabilan di masyarakat.
  • Lingkungan Kumuh: Kemiskinan seringkali beriringan dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti permukiman padat dan kumuh, akses sanitasi yang buruk, dan kurangnya air bersih.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mengatasi isu "penduduk miskin di Indonesia" memerlukan upaya kolektif dari berbagai pihak, bukan hanya pemerintah.

  1. Peningkatan Akses Pendidikan dan Kualitas SDM: Pemerintah perlu terus berinvestasi dalam pendidikan yang berkualitas, terutama di daerah terpencil. Program beasiswa, pelatihan keterampilan, dan pendidikan vokasi harus digalakkan untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan siap kerja.
  2. Penciptaan Lapangan Kerja dan Kewirausahaan: Mendorong pertumbuhan sektor industri dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Program-program pelatihan kewirausahaan dan akses permodalan juga penting untuk membantu masyarakat memulai usaha sendiri.
  3. Pemerataan Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur yang merata, seperti jalan, listrik, dan telekomunikasi, akan membuka akses ke pasar dan mempermudah distribusi barang dan jasa, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah.
  4. Program Perlindungan Sosial yang Efektif: Program-program bantuan sosial, subsidi, dan jaring pengaman sosial harus tepat sasaran dan berkelanjutan untuk membantu masyarakat yang paling rentan.
  5. Peningkatan Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan: Ini adalah poin krusial. Banyak orang miskin yang belum terhubung dengan lembaga keuangan formal. Edukasi tentang pentingnya menabung, berinvestasi, dan mengelola utang sangat dibutuhkan.

FINETIKS: Jembatan Menuju Kesejahteraan Finansial

Di sinilah peran teknologi finansial (fintech) seperti FINETIKS menjadi sangat relevan. FINETIKS hadir sebagai solusi untuk membantu kamu, dan juga masyarakat luas, dalam mengelola keuangan dan membangun masa depan yang lebih baik, terlepas dari status ekonomi saat ini.

Kamu mungkin pernah merasa kesulitan mengatur uang? Atau bingung bagaimana caranya agar tabungan bisa berkembang? FINETIKS menawarkan solusi yang sangat relevan.

  • Money Management yang Mudah: FINETIKS menyediakan fitur-fitur money management yang intuitif dan mudah digunakan. Kamu bisa mencatat pengeluaran, dan membuat anggaran. Dengan begitu, kamu jadi tahu ke mana saja uangmu pergi dan bagaimana cara mengoptimalkannya. Ini adalah langkah awal yang krusial untuk keluar dari jurang kemiskinan finansial. Dengan FINETIKS, kamu bisa memulai perjalanan literasi keuanganmu dengan langkah yang benar.
  • VIP Save: Tabungan dengan Potensi Hasil Optimal: Selain money management, FINETIKS juga punya produk tabungan unggulan bernama VIP Save. Ini bukan tabungan biasa! VIP Save dirancang untuk memberikan potensi hasil yang optimal, lebih dari sekadar menyimpan uang di bawah bantal. Ini adalah cara cerdas untuk mengembangkan asetmu, bahkan jika kamu memulai dari jumlah yang kecil.
  • Akses yang Lebih Luas: FINETIKS menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, termasuk mereka yang mungkin belum terlayani oleh bank konvensional. Ini adalah wujud dari inklusi keuangan, memastikan setiap orang punya kesempatan untuk mengelola dan mengembangkan aset mereka.

Membangun masa depan yang lebih baik bukan hanya tugas negara, tapi juga dimulai dari kesadaran dan tindakan kecil, seperti merencanakan keuangan pribadi hari ini untuk kehidupan yang lebih layak esok.

Download aplikasi FINETIKS sekarang!

Artikel Terkini